Saat ini, pentingnya pendidikan bagi anak usia dini telah disadari oleh hampir semua orang tua. Pemahaman tentang masa terbaik bagi perkembangan anak bukan hanya didominasi oleh orang tua yang tinggal di kota saja.  Para orang tua di dusun-dusun pun sudah mulai memahami bahwa masa terbaik bagi perkembangan anak terjadi pada usia dini. Memang benar bahwa manusia berubah sepanjang hidupnya, tetapi pada masa kanak-kanak, manusia mengalami perubahan paling spektakuler dalam kehidupannya.

Anak-anak pada usia dini bisa diibaratkan sebagai sebuah kaset kosong.  Dia akan merekam apa saja yang didengar ataupun diindranya dari lingkungan sekitarnya.  Kondisi lingkungan ini menjadi stimuli baginya.   Dengan demikian stimulasi dini yang tepat pada anak-anak usia dini akan sangat penting bagi perkembangan anak-anak di masa-masa berikutnya. Stimulasi yang tepat inilah yang menjadi kunci bagi perkembangan anak.

Dalam hal ini, ada catatan penting yang perlu diingat, dimana hampir sebagian besar penyelenggaraan pendidikan bagi anak-anak usia dini telah melakukan kesalahan di samping terjadinya ketidakpatutan yang dilakukan oleh orang tua akibat ketidaktahuannya. Ada beberapa indikator untuk melihat berbagai ketidakpatutan yang terjadi pada anak, utamanya anak usia dini. Diantaranya yang paling menonjol adalah orientasi pada kemampuan intelektual secara dini. Akibatnva bermunculanlah anak-anak ajaib dengan kepintaran intelektual luar biasa. Mereka dicoba untuk menjalani akselerasi (percepatan) dalam pendidikannya dengan memperoleh pengayaan kecakapan-kecakapan akademik di dalam dan di luar sekolah.

Sepintas, pendidikan anak dengan cara di atas sangat bagus, tapi sesungguhnya sangat berbahaya bagi perkembangan si anak, karena memberi sesuatu pada anak sebelum masanya tiba. Sebagai sebuah pelajaran, layak untuk diingat kembali kasus yang pernah dimuat tentang kisah seorang anak pintar karbitan yang terjadi pada tahun 1930, seperti yang dimuat majalah New Yorker.  Kasus ini merupakan penggalan kisah kehidupan seorang anak yang bernama William James Sidis, putra scorang psikiater. Kecerdasan otaknya membuatnya segera masuk Harvard College walaupun usianya masih 11 tahun. Kecerdasannya di bidang matematika begitu mengesankan banyak orang. Prestasinya sebagai anak  jenius menghiasi berbagai media masa. Namun apa yang terjadi kemudian? James Thurber seorang wartawan terkemuka. pada suatu hari menemukan seorang pemulung mobil tua, yang tak lain adalah William James Sidis. Si anak ajaib yang begitu dibanggakan dan membuat orang banyak berdecak kagum pada beberapa waktu silam.

Kisah lain tentang kehebatan kognitif yang diberdayakan juga terjadi pada seorang anak perempuan bernama Edith. Terjadi pada tahun 1952, dimana seorang Ibu yang bemama Aaron Stern telah berhasil melakukan eksperimen menyiapkan lingkungan yang sangat menstimulasi perkembangan kognitif anaknya sejak si anak masih berupa janin. Baru saja bayi itu lahir ibunya telah memperdengarkan suara musik klasik di telinga sang bayi. Kemudian diajak berbicara dengan mcnggunakan bahasa orang dewasa. Setiap
saat sang bayi dikenalkan kartu-kartu bergambar dan kosa kata baru. Hasilnya sungguh mencengangkan! Di usia 1 tahun Edith telah dapat berbicara dengan kalimat sempurna. Di usia 5 tahun Edith telah menyelesaikan membaca ensiklopedi Britannica. Usia 9 tahun ia membaca enam buah buku dan Koran New York Times setiap harinya. Usia 12 tahun dia masuk universitas. Ketika usianya menginjak 15 tahun, la menjadi guru matematika di Michigan State University. Aaron Stem berhasil menjadikan Edith anak jenius karena terkait dengan kapasitas otak yang sangat tak berhingga. Namun kabar mengenai Edith selanjutnya juga tidak terdengar lagi ketika ia telah dewasa. Banyak kesuksesan yang diraih anak saat ia masih menjadi anak, namun tidak menjadi sesuatu yang bemakna dalam kehidupan anak ketika ia telah menjadi manusia dewasa.

Dua kisah di atas hanyalah sedikit contoh dari sekian banyak kisah yang menggambarkan bahwa stimuli dini yang berlebihan tidak selamanya akan memberikan kebaikan bagi perkembangan anak hingga mencapai dewasa nantinya. Namun pemberian stimuli yang tepat sesuai dengan masa tumbuh kembang anak lah yang akan memberikan hasil yang lebih baik  bagi anak tersebut.  Banyak orang mencapai keberhasilan dalam hidupnya, padahal di masa kanak-kanaknya mereka adalah anak-anak biasa, sama seperti anak-anak yang lainnya. Mereka bukanlah anak-anak yang hebat, namun dengan stimulasi yang tepat, mereka menjadi generasi yang membanggakan.

Kuncinya terletak pada kemampuan pendidik dan orang tua dalam mengenal anak. Ketidakmampuan orang tua atau pendidik dalam mengenal anak (tahap-tahap perkembangan dan proses perkembangan) dan berkomunikasi dengan anak sesungguhnya telah menyumbangkan problem paling besar dalam pendidikan anak dibandingkan dengan problem yang dibawa anak itu sendiri sejak lahir.

Oleh karena itu, stimulasi yang diberikan oleh pendidik PAUD kepada anak harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan anak, sehingga dapat diwujudkan anak yang sehat, cerdas, ceria dan berakhlak mulia. Untuk mencapai tujuan tersebut, beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika memberikan stimulasi kepada anak usia dini adalah,

Pertama, pendidik PAUD harus memahami tahap tumbuh kembang anak. Anak perlu distimulasi dengan bermain. Pendidik PAUD harus menunjukkan sikap penuh  cinta, perhatian dan kasih sayang; menimbulkan rasa aman dan nyaman; menurunkan stress; memperhatikan tahapan perkembangan (bayi-batita-balita); merangsang semua sistem indra dan yang tidak kalah pentingnya adalah memperhatikan tanda kelelahan.  Keberhasilan stimulasi pada anak usia dini ini nantinya akan mempermudah proses pembentukan kepribadian yang baik pada tahap selanjutnya.

Kedua, melakukan stimulasi pada kebutuhan jasmani anak dengan memberi makanan yang sehat dan halal; memberi makan anak pada waktunya (tidak membiarkan anak lapar dan asyik bermain),  mengajak (bukan mengajar) anak untuk menggunakan tangan kanan ketika makan dan tangan kiri ketika mencuci buang air kecil ataupun besar; melakukan permainan motorik kasar (berputar-putar, berkejaran, naik turun tangga, melompat, berjinjit, merangkak, merayap dan lain sebagainya) serta melakukan permainan motorik halus (plastisin, memegang krayon,  senam jari dan lain sebagainya) akan merangsang perkembangan seluruh potensi anak secara merata .

Ketiga, memberikan pemahaman kepada anak tentang bersosialisasi. Dalam hal ini Pendidik PAUD harus menjalin keakraban dan kedekatan dengan anak, memperkecil  tingkat stres,  berbicara dengan penuh kasih sayang, tidak mencela atau membandingkan dengan anak lain, mendorong anak mengungkapkan emosinya, mengajarkan kontrol diri (menahan marah, minta maaf, minta tolong dan lain sebagainya), mengajarkan anak untuk disiplin dan keteraturan serta menuntun anak untuk menyelesaikan masalah sendiri. Tahapan ini memberikan pembiasaan kepada anak untuk berperilaku baik dalam kehidupannya di masa-masa selanjutnya.

Bila hal-hal tersebut diperhatikan oleh penyelenggara layanan PAUD, maka di masa yang akan datang,  terwujudnya anak-anak Indonesia yang cerdas, ceria, sehat dan berakhlak mulia adalah sebuah keniscayaan. Semoga.

(Hadi Tanuji, Dosen Institut Teknologi dan Bisnis-Muhammadiyah Grobogan)

Leave a Reply

Dapatkan Info Terbaru!

You have been successfully Subscribed! Ops! Something went wrong, please try again.

Follow & Join Us!

Prisma Cendekia © 2022  All Reserves